Minggu, 01 Januari 2012

'Resolusi' 2012

Hari pertama di tahun 2012, banyak sekali sahabat yang bertanya soal target yang hendak di capai tahun ini. Sepertinya ini trend terbaru, dan bisa-bisa yang tak punya 'resolusi' digolongkan dalam orang yang ketinggalan jaman. Saya bingung, karena sejujurnya sejak dulu memang tak pernah punya target apa-apa. Berjalan sajalah sesuai kehendakNya. Pesimis? Tentu tidak. Saya hanya berpendapat seperti itu saja, tak lebih dan tak kurang. Tapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini, ditambah lagi dengan banyaknya status yang berhamparan di dinding website para sahabat, membuat saya sedikit 'keder'. Timbul pertanyaan dihati, apa hanya saya yang tak punya target atau resolusi? Gugup juga memikirkannya, takut masuk dalam golongan yang saya sebutkan diatas tadi. Saya berpikir keras, siapa tahu bisa menemukan sedikit 'target' atau 'resolusi' yang ingin saya capai. Setidaknya jangan kosong sama sekali. Semalaman ini saya sibuk memikirkannya. Tapi sampai pagi saya tak juga menemukan 'target' yang tepat. Dari mulai soal pekerjaan sampai jodoh, sama-sama nihil. Semakin ketar-ketir lah jantung ini, jangan-jangan saya memang termasuk orang yang tak punya arah. 
Selesai Shalat Dhuha td pagi, bermohon lah saya kepada Allah SWT. Doa saya sederhana saja, tapi kali ini berbeda dari doa2 di dhuha saya sebelum2nya. Begini bunyinya:

"Robbi...., saya dalam kesulitan.
kesulitan menentukan target untuk masa depan saya
ampuni ya Robb, tahun ini saya kembali seperti tahun-tahun sebelumnya
memasrahkan segalanya atas pilihanMu saja..."

Selesai shalat dan berdoa, perasaan saya jadi lega. Beban yang saya tanggung semalaman ini langsung ngibrit. Padahal Allah belum tentu meng'iya'kan permohonan saya. Tapi saya benar-benar merasa lega bukan buatan. Itulah kekuatan doa. Dan saya pun dengan percaya diri memulai hari kerja pertama di tahun ini, sama seperti hari terakhir di tahun kemarin: berusaha ikhlas, bersungguh-sungguh dan sabar. Mungkin ini resolusi saya, kawan.... :)


Selamat Tahun Baru, sahabat! 

Anak ku sayang...


Anak ku sayang....
sedanga apa engkau nak? Bunda sedang mengalut rindu padamu. Jauhnya engkau dari pelukan Bunda membuat hati selalu bertanya. Maafkan Bunda jika engkau merasa terlalu di awasi.
saat sendiri seperti ini banyak hal yang ingin bunda ceritakan padamu. Hanya engkau tempat bunda berkesah. Jangan bosan anak ku, bunda berjanji akan mengganti segala perhatianmu dengan cinta yang tak berujung, tak bertepi. Sama luasnya dengan samudera yang diciptakan Allah, setara dengan tingginya langit biru yang menaungi harapan kita.

saat engkau masih kecil, bunda selalu memelukmu. Mungkin itu penyebab sampai saat ini rasanya kosong tanpa pelukanmu. Cinta bunda terhadap mu serupa embun yang turun di pagi hari, menyejukkan rumput liar yang tumbuh di halaman rumah kita. Ingatkah kau anak ku sayang, dulu... dulu sekali, kau sangat suka bergayut manja di bawah lengan bunda. Padahal bunda masih lekat dengan peluh sehabis menyelesaikan bermacam penganan yang akan kita jual esok harinya di pasar kecil di ujung kampung kita. Namun kau mendekap ku dengan penuh cinta, tak hirau atas aroma yang jelas-jelas terhirup oleh hidung mungilmu.

Anak ku sayang..
Berdua melalui pahit getirnya hidup yang telah di torehkan pada takdir kita. Sering bunda menahan tangis, saat melihat engkau berjalan disampingku, menjujung nasib di atas kepala mungil mu. Sering bunda mendecap lirih, menahan isak yang mencekat leher saat bunda melihat senyum mu menyapa segelintir orang yang menyinggahi kita, membayar seperak-dua perak atas nasib yang kita jujung bersama. Engkau putri kecilku yang tabah. Tak mengeluh, walaupun bunda tahu hatimu nestapa. Maafkan bunda, tak mampu memakaikan renda putih bersulam mawar jingga di bajumu. Maafkan bunda tak mampu melapisi kaki mu dengan sepatu berkulit lembut. Bunda mu benar-benar tak mampu untuk semua itu.

Anak ku sayang...
Luka kah engkau atas masa yang telah bunda torehkan padamu?
Tak ada kuasa bunda untuk menukar dan membalikkan waktu. Bunda ingin melakukan apapun buat mu, anak ku sayang. Namun tak ada sayap ku untuk membawamu terbang. Berkeliling mengitari dunia, agar engkau melihat betapa banyak cinta dan kasih sayang di hati bunda untukmu. Bunda hanya mampu mencipta angan untuk mu. Menggaungkan harapan di setiap langkah mu. Menggantungkan mimpi disetiap pagi mu. Bunda mu benar-benar hanya mampu untuk itu.

Anak ku sayang....
Kini engkau beranjak dewasa. Engkau tumbuh menjadi rumpun bungaku yang cantik. Pesonamu serupa pelangi, si pembuat senyum saat orang menatapnya. Santun mu tak menepi, serupa saat dulu kau menawarkan nasib yang kita jujung bersama. Engkau telaga kecilku, tempat bunda melepas dahaga setelah di kecap sengat matahari. Jangan lah engkau berganti rupa nak, jangan pula menambah rupa. Jangan gentar menghadapi nasib mu kelak. Ada atau tiada bunda disisimu, tetaplah mengayun langkah. Karena bunda tak mampu lagi bertahan disisi mu. Jangan menangis nak, jangan iringi kepergian bunda dengan isak mu. Simpanlah ia seperti bunda dulu menahan tangis saat kita berjalan berdampingan menjujung nasib. Bunda mencintaimu. Sama seperti cintamu pada bunda. Tapi waktu kita telah sampai. Bunda tak bisa mengajakmu. Perjalanan kali ini harus bunda jalani sendiri, tanpa mu anak ku. Do'a kan bunda. Hanya itu yang mampu menolong bunda saat kesulitan menerpa di tengah perjalanan nantinya. Tak perlu lagi bunda membuka mata nak, karena dari kelopak mata yang tertutup ini pun bunda mampu merasakan cinta di setiap sentuhanmu yang lembut menggenggam tanganku. Pinta bunda, kumandangkan namaNya, dekat ditelinga bunda, agar aku mampu mendengarnya dengan jelas. Agar sampai ke kalbu, mengantar pergi bunda dengan indah, tanpa rasa takut menghadapNya.



untuk engkau, Ayahku.

Cinta setengah GiLa

Tak sulit mencintaimu.
Aku hanya perlu memberikan hati dan tubuhku untuk kau gunakan sesukamu Hati ku yang kau sanjung atau kau serapah, tubuhku yang kau pancung atau kau jamah. Aku tak perlu bertanya, tak perlu menuntut.
Ini caraku mencintaimu.

Mencintaimu tak pernah menimbulkan siksa di benak ku.
Karena hatiku sepenuhnya hanya milik mu, tak pernah aku merasa ada ruang kosong setitikpun untuk yang lain. Penuh berisi cinta terhadapmu sampai aku sesak, menanggung rindu yang mengikat erat nadiku

Mencintaimu bukan hal yang sulit buatku.
Mencintaimu sama dengan membiarkan jantungku berdetak lebih kencang saat memandang matamu, mencintaimu berarti membiarkan kau mengulum bibirku, menghirup lidahku, dan mengalirkan ludahku ke ronggamu.


Hingga akhirnya tak bisa aku tanpa mu,

walau seribu duri kau tancap di jantungku

walau serpihan kaca tajam kau sayat di rinduku


.......
aku akan terus mencintaimu...