Minggu, 11 September 2011

Quedlinburg, 26 Juni 2011


Suka wisata ke kota tua? Jika ya, Quedlinburg salah satu kota tua terbaik di Jerman. Dari Berlin Hbf kami berangkat pukul 08.11 wkt Jerman. Pagi ini cuaca lumayan cerah, walaupun tak berharap banyak akan terus bertahan seperti ini sampai sore. Pengalaman yang sudah-sudah mengajarkan kami untuk bersiap, bahwa cuaca bisa berubah kapan saja.

Butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai di Quedlinburg. Pukul 10.00 kami sampai di Magdeburg untuk transit kereta berikutnya pukul 10.10, kami harus menunggu 10 menit lagi. Tunggu punya tunggu, kereta yang dinantikan tak kunjung datang. Kami bertanya-tanya, ada apa gerangan? Hal yang sangat jarang terjadi ini membuat kami tak nyaman. Dalam hati saya tersenyum, merasa mulai sombong. Biasanya jam karet bukan hal yang aneh buat kita, tp baru seminggu di negara orang sudah pandai menggerutu soal ini. Jadi ingat pesan adik yang selalu mengingatkan untuk siap mental jika kembali ke tanah air nanti.
Hasil tanya sana sini, kami mendapat informasi penyebab keterlambatan kereta menuju Quedlinburg. Ternyata para petugas kereta sedang ber-demonstrasi! Waaah... klu begini sih serasa di Indonesia, hommy..! :) Akhirnya kami putuskan untuk naik kereta yang berhenti di 1 stasiun sebelum Quedlinburg, kemudian melanjutkan rute berikutnya dengan menumpang bus. Namun hal ini belum bisa dipastikan. Bila tak ada bus, kemungkinan kami harus berjalan kaki sampai ke tujuan. Tak ada pilihan lain, kami pun terpaksa mengambil rute ini.

Alhamdulillah yang kami khawatirkan tidak terjadi. Akhirnya kami sampai di stasiun kereta Quedlinburg. Lengang sekali kota ini. Saya sempat teringat dengan film-film horor yang sering saya tonton. Quedlinburg benar-benar kota tua penuh nuansa misteri. Di sekitar stasiun ini banyak sekali bangunan kosong dan terbengkalai walaupun secara fisik masih sangat layak huni. Setelah berjalan menuju tengah kota, akhirnya kami menemukan daerah wisata kota tua yang cukup terkenal di Jerman bahkan di dunia (lihat di Google). Rumah-rumahnya benar2 tua, yang kebanyakan dibangun pada tahun 1600an. Kalau melihat bentuk bangunan disini, sepertinya Quedlinburg termasuk salah satu kota dengan penduduk yang berekonomi mapan pada masa-masa itu. Coba bayangkan, tahun 1660 mereka sudah memiliki rumah sebagus ini. Tentu butuh biaya besar untuk bisa membangunnya. Hampir di seluruh kota rumah penduduk sama bagusnya. Sebagian besar bangunan tersebut menggunakan kayu dengan kualitas sangat baik hingga sampai sekarang masih bisa berdiri kokoh. Sakin penasarannya saya sampai mengetok-ngetok kayu2 tersebut, Keras seperti tembok. begitu mendengar bunyi 'tok' barulah saya benar2 yakin kalau ini memang benar2 kayu. Terbersit  pula kecurigaan dalam hati saya, jangan-jangan ini kayu dari negeri kita, hahaha....!! Kejauhan ya. 

Jalan di sekitar komplek rumah-rumah tua ini bukanlah jalanan aspal. Cukup menarik perhatian saya karena ada keunikan disini. Susunan batu-batu bersegi tak sama disusun dengan rapi sepanjang jalan yang berliku mengikuti susunan rumah-rumah penduduk.  Sepintas terlihat seperti konblok. Mungkin ini juga masih peninggalan jaman dahulu. Lorong-lorong yang indah serta bangunan tua dengan aneka warna kayu merupakan kombinasi yang sangat spesial, membuat saya berhayal tentang bagaimana kehidupan mereka di masa lampau.
Mengelilingi kota tua ini sangat mengasyikkan. Suasananya pun jauh berbeda dengan saat pertama kami sampai di daerah dekat stasiun kereta tadi. Disini ramai pengunjung, namun kami jarang menemui penduduk setempat. Kami bisa memastikan yang ramai ini pastilah turis, seperti kami juga. Karena di akhir minggu seperti ini penduduk setempat justru pergi ke luar kota. Biasanya mereka ke kota2 besar, seperti Berlin untuk menikmati suasana kota atau sekedar berbelanja.
Rumah2 mereka sangat indah. Khas eropa tua yang hangat. Ditiap jendela kaca dan pintu di pasang berbagai macam hiasan cantik dan unik yang bisa dipandang dari luar. Berbagai tanaman hias pun bertengger di jendela2 rumah. Bunga beraneka warna yang mencolok menambah keindahan tatanan tampak depan rumah mereka. Jarang sekali ada rumah yang berhalaman. Namun jalanan kota ini sendiri sepertinya sudah menjadi halaman bagi mereka, karena bersih, teratur dan tak banyak kenderaan yang lalu lalang. Benar-benar sepi dan penuh misteri, tapi kami betah berlama-lama disini.

Yang sangat menarik, kami melihat salah satu hotel bintang 5 di salah satu bangunan tua berlantai 2 yang cukup besar. Tentunya kami heran, apa bangunan setua ini bisa memenuhi standar untuk jadi hotel berbintang lima, di eropa pula? Karena penasaran, kami pun ramai-ramai mengintip ke arah Lobby hotel tersebut. Dan ternyata memang pantaslah menyandang predikat bintang 5. Dibagian dalam gedung sudah di renovasi sedemikian rupa tanpa meninggalkan nuansa kuno. Bagian2 terbaik masih dipertahankan untuk menguatkan kesan antik dan kuno. Interior yang benar2 mengesankan. Berbeda dengan hotel2 di kota, hotel ini menyajikan suasana 'tempoe doeloe' ala Quedlinburg. Romantis..

Banyak sekali lorong di kota ini. Disalah satu lorong kami menemukan pertokoan di sepanjang kiri dan kanan jalan. Sesuai dengan daerahnya yang terkenal sebagai kota tua, maka tak heranlah jika toko-toko disini paling banyak menjual barang-barang antik peninggalan jaman dahulu. Ada lukisan, piring-piring hias, beraneka keramik dengan segala model, hiasan lemari dan masih banyak lagi. Karena bukan penggemar atau kolektor barang antik kami tak membeli satupun barang-barang tersebut. Kami menyusuri lorong sampai ke ujung, dan akhirnya kami menemukan toko yang menjual berbagai souvenir unik khas Quedlinburg. Dan benar saja, seperti aura misteri yang dipancarkan kota ini, souvenir khas di sini adalah boneka nenek sihir dengan sapu terbangnya! Tersenyum saya begitu menyadari hal ini. Mungkin dahulu banyak penyihir yang tinggal disini ya, makanya semua bangunan masih bagus, karena masing2 pemilik rumah dengan keahlian menyihirnya bisa membuat kayu menjadi tembok. Kuat dan Keras, hahaha...! Setelah memilih beberapa souvenir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju poros kota untuk mencari restoran, karena sudah waktunya untuk makan siang.


Di poros kota ada lapangan yang cukup luas. Disekelilingnya banyak restoran dan cafe yang menyajikan beraneka menu. Restoran dan cafe yang berjejer rapi ini mempergunakan pinggir lapangan untuk memasang payung-payung tenda tempat duduk pengunjung. Indah sekali, payung beraneka warna, gedung tua yang unik, dengan  cuaca yang sangat cerah. Tapi tak ada satupun restoran Turky di sini. Kali ini kami tak memesan makanan, cukup minum saja. Karena ragu soal halal tidaknya makanan disini maka kami sudah menyiapkan bekal makan siang dari Berlin.

Sambil rehat makan saya memperhatikan pemandangan di sekeliling kami. Tepat di ujung lapangan sebuah gedung sangat tua berdiri kokoh. Bangunan ini sudah terbuat dari batu, dan ditutupi oleh tanaman merambat berwarna hijau menambah keunikannya. Bentuknya seperti istana atau gereja kecil. Saya tak bisa memastikan, karena pada umumnya istana dan gereja di eropa mempunyai banyak kemiripan. Ada palang mengelilingi bangunan ini, pengunjung dilarang melewatinya. Entah karena sedang di renovasi atau karena sangat dilindungi, saya juga tak paham. Yang pasti banyak turis yang berfoto dengan latar belakang gedung tersebut.
Ada pula bus wisata yang membawa para turis berkeliling kota Quedlinburg. Tempat mengambil tiketnya persis di samping restoran ini. Muatannya selalu penuh, dan kebanyakan penumpang berisi orang-orang tua. Suasana Ramai ini tetap membuat nyaman, karena walaupun ramai tapi orang-orang disini  berbicara dengan suara yang pelan. Mungkin takut di dengar nenek sihir yang bisa muncul tiba-tiba dengan sapu terbangnya ya.. :)

Setelah penat hilang, perutpun kenyang kami melanjutkan berkeliling kota. Kali ini kami mencari Castle (Istana kecil) yang katanya sudah sangat tua. Letaknya tak begitu jauh dari poros kota, hanya saja sedikit rumit menemukannya. Namun kami sedikit kecewa, ternyata pengunjung tak bisa masuk karena sedang ada pekerjaan renovasi. Akhirnya kami hanya bisa melihat dari luar. Bentuknya tak jauh beda dengan castle2 eropa pada umumnya. Bangunan utama sangat besar, menara yang cukup tinggi dan terbuat dari batu2 alam berwarna kehitaman. Puas berkeliling castle, kami pun pulang kembali menuju Berlin. 















































Jumat, 09 September 2011

Hamburg, Juni 2011

Hamburg adalah kota pertama diluar Berlin yang akan kami kunjungi. Butuh waktu sekitar 3 jam perjalanan dari Berlin. Pagi ini kami berangkat. Karena jadwal kereta yang biasanya tepat waktu, kami tak mau mengambil resiko terlambat. 
Pukul 07.29 kami bergerak menuju Berlin Hauptbahnhof (Statisiun Utama). 

Pemandangan selama perjalanan cukup memesona, kami melewati ladang-ladang gandum yang sangat luas. Sebagian tanaman gandum berwarna hijau, sebagian pula berwarna kekuningan dan yg lainnya berwarna ke emasan. Pemandangan yang luar biasa, perpaduan warna2 tersebut membentuk gradasi tersendiri. Belum lagi rumput dan bunga liar yang beraneka warna. Sungguh keindahan musim panas yang mampu membuat hati selalu berucap, Masya Allah...

Cukup banyak stasiun kecil yang kami lewati. Gedung Stasiun lama yang sepi dan tua namun sangat artistik masih berdiri kokoh. Gedung2 stasiun lama ini punya kesan tersendiri buat saya. Sepi dan Indah. karena sudah tak di pergunakan lagi, dinding gedung banyak yag sudah ditumbuhi oleh tanaman merambat, menambah nilai keindahan yang unik bagi yang melihatnya.

Pukul 09.44 kami sampai di stasiun Schwerin, transit selama 10 menit menunggu kereta berikutnya menuju Hamburg. Cuaca benar2benar sangat diluar perkiraan. Padahal sehari sebelumnya sudah mencek kondisi cuaca hari ini, namun Allah Yang Maha Pemilik lagi-lagi menunjukkan kekuasaanNya. Selama menunggu di stasiun ini cuaca 'lumayan' dingin , diperkirakan mencapai 12 derjat c. Kondisi stasiun ini juga tak jauh beda dengan stasiun lainnya. Gedung stasiun lama masih kokoh dan indah. Tak puas saya memandangnya. Walaupun cuaca sangat dingin, dan masih terserang flu saya tak gentar memotret sudut2 stasiun ini. Flu urusan belakang... :)

Sesampainya kami di hamburg, ternyata cuaca semakin tidak bersahabat. Hujan dan angin yang cukup kencang menyambut kedatangan kami. Sambil menunggu hujan dan angin reda, kami memutuskan untuk berehat sejenak di coffehouse yang banyak tersebar di sepanjang kota di pinggiran pantai. Hamburg termasuk kota pelabuhan negara Jerman. Letak kotanya menyusuri laut, dengan berbagai kapal yang bersandar di bibir pantainya. Pemandangan yang tak asing buat kami.Dingin yang menusuk lumayan berkurang setelah menghirup minuman hangat yang kami pesan. Kehangatan semakin bertambah disebabkan oleh keramahan pelayan cafe tersebut. Hal yang sedikit menghibur, maklumlah sangat jarang ditemukan keramahan seperti ini. 

Add caption


Setelah hujan dan angin agak reda, kami memutuskan untuk mengitari kota. Jika menunggu hujan dan angin benar2 reda sepertinya akan lama. Kami tak ada rencana menginap di sini, sore hari kembali ke Berlin. Tujuan kami adalah terowongan bawah laut yang sudah berumur puluhan tahun dan gedung parlemen lama yang masih sangat terawat. Hujan terus mengguyur kota ini. Namun tak menghalangi kami untuk terus berkeliling.
Puas berkeliling dan kaki mulai menyuarakan yel-yel 'minta kebijakan', kami lalu mencari tempat yang tepat untuk beristirahat dan makan. Sebagai muslim, ada hal yang sangat penting untuk diperhatikan ketika melakukan perjalanan di negara-negara eropa. Tentunya soal mengisi kampung tengah ini. Makanan berlabel halal sangat sulit ditemukan. Satu-satunya restoran halal yang bisa kita kunjungi hanyalah restoran Turky, dan tentu saja hanya menyediakan menu Turky pula. Kebab adalah makanan Turky yang paling populer di seluruh eropa, namun di Hamburg kami tak 'mampu' menemukannya karena kaki yang sudah terlalu letih. Untunglah  akhirnya kami menemukan restoran cepat saji McDonald yang menyediakan menu vegetarian. Sambil rehat makan siang dan mengistirahatkan kaki yang pegal, menu sederhana ini terasa jauh lebih nikmat dari biasanya.


Sungguh pengalaman baru yang tak telupakan, berkeliling dengan cuaca sedingin ini, diterpa hujan dan angin ternyata membuat saya semakin mengeti, mengapa orang-orang negeri barat sering menyebut Indonesia negeri syurga.Tak lain disebabkan oleh matahari yang selalu muncul sepanjang hari. Beruntungnya kita menjadi penghuni 'negeri syurga' versi mereka ya... :) Tak terasa hari sudah semaki sore. Puas berkelling dan makan, kami pun pulang kembali ke Berlin. Membawa kenangan dan (tentu saja), photo di berbagai sudut dan tempat. Semoga kelak mampu membingkai kembali ingatan tentang perjalanan ini.

Kamis, 08 September 2011

Berlin, 16 Juni 2011

Hari ini kami sampai di Berlin, Jerman. Setelah menempuh puluhan jam perjalanan, dengan segala pengalaman baru tentunya. Akhirnya kami menjejakkan kaki di negeri ini. Kota yang tidak terlalu besar, tidak pula hiruk pikuk. Tapi jangan tanya soal kebersihan dan kerapihannya.. terbersit di pikiran saya, kapan negeri kita bisa seperti ini. Ketenangan begitu mewarnai kota ini. Berlin memang bukanlah kota industri atau kota bisnis negara Jerman. Berlin mungkin lebih tepat disebut sebagai kota pelajar atau mungkin lebih tepat lagi disebut sebagai kota sejarah.

Menjejakkan kaki di negeri kereta baja ini tentulah sangat terasa asing. Jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Sesuatu yang baru langsung menghampiri, apalagi kalau bukan suhu udara yang benar-benar berbeda. Dingin dan berangin. Padahal ini sudah pertengahan musim Panas (MiddSummer). Tapi nampaknya cuaca disini memang sudah menetapkan suhu 'panas' standar buat negeri ini. inilah summer, masih tetap dingin, berangin dan... hujan!. Jangan berharap matahari akan muncul sepanjang hari, karena biasanya hujan pun tak mau kalah untuk memunculkan dirinya. Kalau tak di musim panas ini, kapan lagi kan kesempatan hujan untuk turun? Allah Maha Besar... tak pernah lalai mengatur alam.

Dilema suhu udara mungkin menghinggapi setiap pengunjung baru, apalagi jika berasal dari daerah tropis seperti kami ini. Tak munafik, ada rasa 'gengsi' soal memakai baju hangat. Penduduk setempat karena sudah terbiasa, tentunya tidak merasa dingin. Tentunya akan terasa 'aneh' jika kami memakai baju hangat. Tapi kalau tak memakainya rasa dingin cukup mengganggu kenyamanan kami. Akhirnya, dengan rasa yakin semua demi kebaikan, kami memutuskan untuk ber jaket ria di musim panas ini. Tak ada jalan lain, apalagi buat saya yang di hari pertama sudah kena Flu dan Batuk. So, benar2 untuk kebaikan ya.. :)

Berlin.. Berlin.. Berlin...
Hal pertama, yang paling membuat kami kagum adalah soal 'Angkot' (angkutan dalam kota) warga Berlin ini. Ada 3 jenis transportasi umum disini. pertama Bus,  kedua Uban (kereta bawah tanah) dan yg ketiga Sban (baca : esban, sejenis trem). Ketiganya punya jalur yang sudah diatur dengan sangat baik. Tak ada kemacetan di sini, karena sebagian besar penduduknya menggunakan jasa angkutan tsb untuk perjalanan sehari-hari mereka. Baik perjalanan dalam kota maupun luar kota. Ketiga jenis transportasi ini benar2 menganut paham Kecepatan, Ketepatan tanpa mengesampingkan Kenyamanan bagi penumpangnya. Jangan tanya soal kebersihan, Hmmm... iri perasaan saya. Iri hati, memikirkan kapan kita bisa seperti ini.... 

Alangkah Nikmatnya kalau bicara soal 'angkot' disini. Saya beri acungan jempol dua sekaligus. Bus atau kereta akan datang tepat waktu dalam hitungan menit, bahkan detik. Selama kami berjalanan di Jerman ini, belum pernah sekalipun ada keterlambatan. Seolah-olah sengaja mempertontonkan kepada kami soal kepiawaiannya dalam mengelola dan menghargai waktu. Hal yang sangat patut ditiru tentunya.

Berlin Kota Sejarah, jadi tak heran jika tempat2 wisata disini sebagian besar adalah bangunan2 bersejarah yang di pelihara dengan baik. Arsitekturnya yang kuno, kokoh dan angkuh menjadi ciri khas. Tak ada bangunan yang tak 'megah' di jamannya terdahulu. Bangunan yang hampir semua terbuat dari batu alam dengan ornament khas eropa masih dapat kita nikmat sampai saat ini. Setiap gedung menunjukkan kelas dan kejayaan mereka dimasa lampau. Bicara soal kelebihan2 negeri ini sudah pasti kita sangat jauh tertinggal. Namun ada satu hal yang tak mereka miliki, dan saya rasa tak akan pernah mereka miliki selamanya. Haha..keramah tamahan indonesia tentunya. Dan hal ini cukup membuat saya bangga menjadi Bangsa yang 'besar' ini. setidaknya kita masih punya sesuatu yang tidak mereka miliki bukan?

Setelah hampir 2 minggu di sini, saya merasa cinta untuk negeri kita tak berkurang se centi pun :). Walaupun banyak kekurangan, walaupun banyak kerusuhan, gonjang ganjing soal politik, korupsi, tapi saya tetap ingin kembali. Mencintai negeri sendiri jauh lebih nikmat. Tak sebanding dengan segala kelebihan dan keunggulan negeri orang. Walaupun bus mereka sangat tak sepantar dengan busway kita (ingat busway,....), tapi justru himpitan di dalamnya yang menjadi 'ciri khas'. Barangkali baru sampai tahap ini pemerintah kita mampu membuat ciri khas bagi negeri kita. Kita doakan suatu saat kelak, kitapun bisa seperti negeri2 berekonomi kelas atas ini.