Minggu, 01 Januari 2012

Anak ku sayang...


Anak ku sayang....
sedanga apa engkau nak? Bunda sedang mengalut rindu padamu. Jauhnya engkau dari pelukan Bunda membuat hati selalu bertanya. Maafkan Bunda jika engkau merasa terlalu di awasi.
saat sendiri seperti ini banyak hal yang ingin bunda ceritakan padamu. Hanya engkau tempat bunda berkesah. Jangan bosan anak ku, bunda berjanji akan mengganti segala perhatianmu dengan cinta yang tak berujung, tak bertepi. Sama luasnya dengan samudera yang diciptakan Allah, setara dengan tingginya langit biru yang menaungi harapan kita.

saat engkau masih kecil, bunda selalu memelukmu. Mungkin itu penyebab sampai saat ini rasanya kosong tanpa pelukanmu. Cinta bunda terhadap mu serupa embun yang turun di pagi hari, menyejukkan rumput liar yang tumbuh di halaman rumah kita. Ingatkah kau anak ku sayang, dulu... dulu sekali, kau sangat suka bergayut manja di bawah lengan bunda. Padahal bunda masih lekat dengan peluh sehabis menyelesaikan bermacam penganan yang akan kita jual esok harinya di pasar kecil di ujung kampung kita. Namun kau mendekap ku dengan penuh cinta, tak hirau atas aroma yang jelas-jelas terhirup oleh hidung mungilmu.

Anak ku sayang..
Berdua melalui pahit getirnya hidup yang telah di torehkan pada takdir kita. Sering bunda menahan tangis, saat melihat engkau berjalan disampingku, menjujung nasib di atas kepala mungil mu. Sering bunda mendecap lirih, menahan isak yang mencekat leher saat bunda melihat senyum mu menyapa segelintir orang yang menyinggahi kita, membayar seperak-dua perak atas nasib yang kita jujung bersama. Engkau putri kecilku yang tabah. Tak mengeluh, walaupun bunda tahu hatimu nestapa. Maafkan bunda, tak mampu memakaikan renda putih bersulam mawar jingga di bajumu. Maafkan bunda tak mampu melapisi kaki mu dengan sepatu berkulit lembut. Bunda mu benar-benar tak mampu untuk semua itu.

Anak ku sayang...
Luka kah engkau atas masa yang telah bunda torehkan padamu?
Tak ada kuasa bunda untuk menukar dan membalikkan waktu. Bunda ingin melakukan apapun buat mu, anak ku sayang. Namun tak ada sayap ku untuk membawamu terbang. Berkeliling mengitari dunia, agar engkau melihat betapa banyak cinta dan kasih sayang di hati bunda untukmu. Bunda hanya mampu mencipta angan untuk mu. Menggaungkan harapan di setiap langkah mu. Menggantungkan mimpi disetiap pagi mu. Bunda mu benar-benar hanya mampu untuk itu.

Anak ku sayang....
Kini engkau beranjak dewasa. Engkau tumbuh menjadi rumpun bungaku yang cantik. Pesonamu serupa pelangi, si pembuat senyum saat orang menatapnya. Santun mu tak menepi, serupa saat dulu kau menawarkan nasib yang kita jujung bersama. Engkau telaga kecilku, tempat bunda melepas dahaga setelah di kecap sengat matahari. Jangan lah engkau berganti rupa nak, jangan pula menambah rupa. Jangan gentar menghadapi nasib mu kelak. Ada atau tiada bunda disisimu, tetaplah mengayun langkah. Karena bunda tak mampu lagi bertahan disisi mu. Jangan menangis nak, jangan iringi kepergian bunda dengan isak mu. Simpanlah ia seperti bunda dulu menahan tangis saat kita berjalan berdampingan menjujung nasib. Bunda mencintaimu. Sama seperti cintamu pada bunda. Tapi waktu kita telah sampai. Bunda tak bisa mengajakmu. Perjalanan kali ini harus bunda jalani sendiri, tanpa mu anak ku. Do'a kan bunda. Hanya itu yang mampu menolong bunda saat kesulitan menerpa di tengah perjalanan nantinya. Tak perlu lagi bunda membuka mata nak, karena dari kelopak mata yang tertutup ini pun bunda mampu merasakan cinta di setiap sentuhanmu yang lembut menggenggam tanganku. Pinta bunda, kumandangkan namaNya, dekat ditelinga bunda, agar aku mampu mendengarnya dengan jelas. Agar sampai ke kalbu, mengantar pergi bunda dengan indah, tanpa rasa takut menghadapNya.



untuk engkau, Ayahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.