Kamis, 08 September 2011

Berlin, 16 Juni 2011

Hari ini kami sampai di Berlin, Jerman. Setelah menempuh puluhan jam perjalanan, dengan segala pengalaman baru tentunya. Akhirnya kami menjejakkan kaki di negeri ini. Kota yang tidak terlalu besar, tidak pula hiruk pikuk. Tapi jangan tanya soal kebersihan dan kerapihannya.. terbersit di pikiran saya, kapan negeri kita bisa seperti ini. Ketenangan begitu mewarnai kota ini. Berlin memang bukanlah kota industri atau kota bisnis negara Jerman. Berlin mungkin lebih tepat disebut sebagai kota pelajar atau mungkin lebih tepat lagi disebut sebagai kota sejarah.

Menjejakkan kaki di negeri kereta baja ini tentulah sangat terasa asing. Jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Sesuatu yang baru langsung menghampiri, apalagi kalau bukan suhu udara yang benar-benar berbeda. Dingin dan berangin. Padahal ini sudah pertengahan musim Panas (MiddSummer). Tapi nampaknya cuaca disini memang sudah menetapkan suhu 'panas' standar buat negeri ini. inilah summer, masih tetap dingin, berangin dan... hujan!. Jangan berharap matahari akan muncul sepanjang hari, karena biasanya hujan pun tak mau kalah untuk memunculkan dirinya. Kalau tak di musim panas ini, kapan lagi kan kesempatan hujan untuk turun? Allah Maha Besar... tak pernah lalai mengatur alam.

Dilema suhu udara mungkin menghinggapi setiap pengunjung baru, apalagi jika berasal dari daerah tropis seperti kami ini. Tak munafik, ada rasa 'gengsi' soal memakai baju hangat. Penduduk setempat karena sudah terbiasa, tentunya tidak merasa dingin. Tentunya akan terasa 'aneh' jika kami memakai baju hangat. Tapi kalau tak memakainya rasa dingin cukup mengganggu kenyamanan kami. Akhirnya, dengan rasa yakin semua demi kebaikan, kami memutuskan untuk ber jaket ria di musim panas ini. Tak ada jalan lain, apalagi buat saya yang di hari pertama sudah kena Flu dan Batuk. So, benar2 untuk kebaikan ya.. :)

Berlin.. Berlin.. Berlin...
Hal pertama, yang paling membuat kami kagum adalah soal 'Angkot' (angkutan dalam kota) warga Berlin ini. Ada 3 jenis transportasi umum disini. pertama Bus,  kedua Uban (kereta bawah tanah) dan yg ketiga Sban (baca : esban, sejenis trem). Ketiganya punya jalur yang sudah diatur dengan sangat baik. Tak ada kemacetan di sini, karena sebagian besar penduduknya menggunakan jasa angkutan tsb untuk perjalanan sehari-hari mereka. Baik perjalanan dalam kota maupun luar kota. Ketiga jenis transportasi ini benar2 menganut paham Kecepatan, Ketepatan tanpa mengesampingkan Kenyamanan bagi penumpangnya. Jangan tanya soal kebersihan, Hmmm... iri perasaan saya. Iri hati, memikirkan kapan kita bisa seperti ini.... 

Alangkah Nikmatnya kalau bicara soal 'angkot' disini. Saya beri acungan jempol dua sekaligus. Bus atau kereta akan datang tepat waktu dalam hitungan menit, bahkan detik. Selama kami berjalanan di Jerman ini, belum pernah sekalipun ada keterlambatan. Seolah-olah sengaja mempertontonkan kepada kami soal kepiawaiannya dalam mengelola dan menghargai waktu. Hal yang sangat patut ditiru tentunya.

Berlin Kota Sejarah, jadi tak heran jika tempat2 wisata disini sebagian besar adalah bangunan2 bersejarah yang di pelihara dengan baik. Arsitekturnya yang kuno, kokoh dan angkuh menjadi ciri khas. Tak ada bangunan yang tak 'megah' di jamannya terdahulu. Bangunan yang hampir semua terbuat dari batu alam dengan ornament khas eropa masih dapat kita nikmat sampai saat ini. Setiap gedung menunjukkan kelas dan kejayaan mereka dimasa lampau. Bicara soal kelebihan2 negeri ini sudah pasti kita sangat jauh tertinggal. Namun ada satu hal yang tak mereka miliki, dan saya rasa tak akan pernah mereka miliki selamanya. Haha..keramah tamahan indonesia tentunya. Dan hal ini cukup membuat saya bangga menjadi Bangsa yang 'besar' ini. setidaknya kita masih punya sesuatu yang tidak mereka miliki bukan?

Setelah hampir 2 minggu di sini, saya merasa cinta untuk negeri kita tak berkurang se centi pun :). Walaupun banyak kekurangan, walaupun banyak kerusuhan, gonjang ganjing soal politik, korupsi, tapi saya tetap ingin kembali. Mencintai negeri sendiri jauh lebih nikmat. Tak sebanding dengan segala kelebihan dan keunggulan negeri orang. Walaupun bus mereka sangat tak sepantar dengan busway kita (ingat busway,....), tapi justru himpitan di dalamnya yang menjadi 'ciri khas'. Barangkali baru sampai tahap ini pemerintah kita mampu membuat ciri khas bagi negeri kita. Kita doakan suatu saat kelak, kitapun bisa seperti negeri2 berekonomi kelas atas ini.