Suka wisata ke kota tua? Jika ya, Quedlinburg salah satu kota tua terbaik di Jerman. Dari Berlin Hbf kami berangkat pukul 08.11 wkt Jerman. Pagi ini cuaca lumayan cerah, walaupun tak berharap banyak akan terus bertahan seperti ini sampai sore. Pengalaman yang sudah-sudah mengajarkan kami untuk bersiap, bahwa cuaca bisa berubah kapan saja.
Butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai di Quedlinburg. Pukul 10.00 kami sampai di Magdeburg untuk transit kereta berikutnya pukul 10.10, kami harus menunggu 10 menit lagi. Tunggu punya tunggu, kereta yang dinantikan tak kunjung datang. Kami bertanya-tanya, ada apa gerangan? Hal yang sangat jarang terjadi ini membuat kami tak nyaman. Dalam hati saya tersenyum, merasa mulai sombong. Biasanya jam karet bukan hal yang aneh buat kita, tp baru seminggu di negara orang sudah pandai menggerutu soal ini. Jadi ingat pesan adik yang selalu mengingatkan untuk siap mental jika kembali ke tanah air nanti.
Hasil tanya sana sini, kami mendapat informasi penyebab keterlambatan kereta menuju Quedlinburg. Ternyata para petugas kereta sedang ber-demonstrasi! Waaah... klu begini sih serasa di Indonesia, hommy..! :) Akhirnya kami putuskan untuk naik kereta yang berhenti di 1 stasiun sebelum Quedlinburg, kemudian melanjutkan rute berikutnya dengan menumpang bus. Namun hal ini belum bisa dipastikan. Bila tak ada bus, kemungkinan kami harus berjalan kaki sampai ke tujuan. Tak ada pilihan lain, kami pun terpaksa mengambil rute ini.
Jalan di sekitar komplek rumah-rumah tua ini bukanlah jalanan aspal. Cukup menarik perhatian saya karena ada keunikan disini. Susunan batu-batu bersegi tak sama disusun dengan rapi sepanjang jalan yang berliku mengikuti susunan rumah-rumah penduduk. Sepintas terlihat seperti konblok. Mungkin ini juga masih peninggalan jaman dahulu. Lorong-lorong yang indah serta bangunan tua dengan aneka warna kayu merupakan kombinasi yang sangat spesial, membuat saya berhayal tentang bagaimana kehidupan mereka di masa lampau.
Mengelilingi kota tua ini sangat mengasyikkan. Suasananya pun jauh berbeda dengan saat pertama kami sampai di daerah dekat stasiun kereta tadi. Disini ramai pengunjung, namun kami jarang menemui penduduk setempat. Kami bisa memastikan yang ramai ini pastilah turis, seperti kami juga. Karena di akhir minggu seperti ini penduduk setempat justru pergi ke luar kota. Biasanya mereka ke kota2 besar, seperti Berlin untuk menikmati suasana kota atau sekedar berbelanja.
Rumah2 mereka sangat indah. Khas eropa tua yang hangat. Ditiap jendela kaca dan pintu di pasang berbagai macam hiasan cantik dan unik yang bisa dipandang dari luar. Berbagai tanaman hias pun bertengger di jendela2 rumah. Bunga beraneka warna yang mencolok menambah keindahan tatanan tampak depan rumah mereka. Jarang sekali ada rumah yang berhalaman. Namun jalanan kota ini sendiri sepertinya sudah menjadi halaman bagi mereka, karena bersih, teratur dan tak banyak kenderaan yang lalu lalang. Benar-benar sepi dan penuh misteri, tapi kami betah berlama-lama disini.
Yang sangat menarik, kami melihat salah satu hotel bintang 5 di salah satu bangunan tua berlantai 2 yang cukup besar. Tentunya kami heran, apa bangunan setua ini bisa memenuhi standar untuk jadi hotel berbintang lima, di eropa pula? Karena penasaran, kami pun ramai-ramai mengintip ke arah Lobby hotel tersebut. Dan ternyata memang pantaslah menyandang predikat bintang 5. Dibagian dalam gedung sudah di renovasi sedemikian rupa tanpa meninggalkan nuansa kuno. Bagian2 terbaik masih dipertahankan untuk menguatkan kesan antik dan kuno. Interior yang benar2 mengesankan. Berbeda dengan hotel2 di kota, hotel ini menyajikan suasana 'tempoe doeloe' ala Quedlinburg. Romantis..
Banyak sekali lorong di kota ini. Disalah satu lorong kami menemukan pertokoan di sepanjang kiri dan kanan jalan. Sesuai dengan daerahnya yang terkenal sebagai kota tua, maka tak heranlah jika toko-toko disini paling banyak menjual barang-barang antik peninggalan jaman dahulu. Ada lukisan, piring-piring hias, beraneka keramik dengan segala model, hiasan lemari dan masih banyak lagi. Karena bukan penggemar atau kolektor barang antik kami tak membeli satupun barang-barang tersebut. Kami menyusuri lorong sampai ke ujung, dan akhirnya kami menemukan toko yang menjual berbagai souvenir unik khas Quedlinburg. Dan benar saja, seperti aura misteri yang dipancarkan kota ini, souvenir khas di sini adalah boneka nenek sihir dengan sapu terbangnya! Tersenyum saya begitu menyadari hal ini. Mungkin dahulu banyak penyihir yang tinggal disini ya, makanya semua bangunan masih bagus, karena masing2 pemilik rumah dengan keahlian menyihirnya bisa membuat kayu menjadi tembok. Kuat dan Keras, hahaha...! Setelah memilih beberapa souvenir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju poros kota untuk mencari restoran, karena sudah waktunya untuk makan siang.
Di poros kota ada lapangan yang cukup luas. Disekelilingnya banyak restoran dan cafe yang menyajikan beraneka menu. Restoran dan cafe yang berjejer rapi ini mempergunakan pinggir lapangan untuk memasang payung-payung tenda tempat duduk pengunjung. Indah sekali, payung beraneka warna, gedung tua yang unik, dengan cuaca yang sangat cerah. Tapi tak ada satupun restoran Turky di sini. Kali ini kami tak memesan makanan, cukup minum saja. Karena ragu soal halal tidaknya makanan disini maka kami sudah menyiapkan bekal makan siang dari Berlin.
Sambil rehat makan saya memperhatikan pemandangan di sekeliling kami. Tepat di ujung lapangan sebuah gedung sangat tua berdiri kokoh. Bangunan ini sudah terbuat dari batu, dan ditutupi oleh tanaman merambat berwarna hijau menambah keunikannya. Bentuknya seperti istana atau gereja kecil. Saya tak bisa memastikan, karena pada umumnya istana dan gereja di eropa mempunyai banyak kemiripan. Ada palang mengelilingi bangunan ini, pengunjung dilarang melewatinya. Entah karena sedang di renovasi atau karena sangat dilindungi, saya juga tak paham. Yang pasti banyak turis yang berfoto dengan latar belakang gedung tersebut.
Ada pula bus wisata yang membawa para turis berkeliling kota Quedlinburg. Tempat mengambil tiketnya persis di samping restoran ini. Muatannya selalu penuh, dan kebanyakan penumpang berisi orang-orang tua. Suasana Ramai ini tetap membuat nyaman, karena walaupun ramai tapi orang-orang disini berbicara dengan suara yang pelan. Mungkin takut di dengar nenek sihir yang bisa muncul tiba-tiba dengan sapu terbangnya ya.. :)
Setelah penat hilang, perutpun kenyang kami melanjutkan berkeliling kota. Kali ini kami mencari Castle (Istana kecil) yang katanya sudah sangat tua. Letaknya tak begitu jauh dari poros kota, hanya saja sedikit rumit menemukannya. Namun kami sedikit kecewa, ternyata pengunjung tak bisa masuk karena sedang ada pekerjaan renovasi. Akhirnya kami hanya bisa melihat dari luar. Bentuknya tak jauh beda dengan castle2 eropa pada umumnya. Bangunan utama sangat besar, menara yang cukup tinggi dan terbuat dari batu2 alam berwarna kehitaman. Puas berkeliling castle, kami pun pulang kembali menuju Berlin.
Yang sangat menarik, kami melihat salah satu hotel bintang 5 di salah satu bangunan tua berlantai 2 yang cukup besar. Tentunya kami heran, apa bangunan setua ini bisa memenuhi standar untuk jadi hotel berbintang lima, di eropa pula? Karena penasaran, kami pun ramai-ramai mengintip ke arah Lobby hotel tersebut. Dan ternyata memang pantaslah menyandang predikat bintang 5. Dibagian dalam gedung sudah di renovasi sedemikian rupa tanpa meninggalkan nuansa kuno. Bagian2 terbaik masih dipertahankan untuk menguatkan kesan antik dan kuno. Interior yang benar2 mengesankan. Berbeda dengan hotel2 di kota, hotel ini menyajikan suasana 'tempoe doeloe' ala Quedlinburg. Romantis..
Banyak sekali lorong di kota ini. Disalah satu lorong kami menemukan pertokoan di sepanjang kiri dan kanan jalan. Sesuai dengan daerahnya yang terkenal sebagai kota tua, maka tak heranlah jika toko-toko disini paling banyak menjual barang-barang antik peninggalan jaman dahulu. Ada lukisan, piring-piring hias, beraneka keramik dengan segala model, hiasan lemari dan masih banyak lagi. Karena bukan penggemar atau kolektor barang antik kami tak membeli satupun barang-barang tersebut. Kami menyusuri lorong sampai ke ujung, dan akhirnya kami menemukan toko yang menjual berbagai souvenir unik khas Quedlinburg. Dan benar saja, seperti aura misteri yang dipancarkan kota ini, souvenir khas di sini adalah boneka nenek sihir dengan sapu terbangnya! Tersenyum saya begitu menyadari hal ini. Mungkin dahulu banyak penyihir yang tinggal disini ya, makanya semua bangunan masih bagus, karena masing2 pemilik rumah dengan keahlian menyihirnya bisa membuat kayu menjadi tembok. Kuat dan Keras, hahaha...! Setelah memilih beberapa souvenir, kami melanjutkan berjalan kaki menuju poros kota untuk mencari restoran, karena sudah waktunya untuk makan siang.
Di poros kota ada lapangan yang cukup luas. Disekelilingnya banyak restoran dan cafe yang menyajikan beraneka menu. Restoran dan cafe yang berjejer rapi ini mempergunakan pinggir lapangan untuk memasang payung-payung tenda tempat duduk pengunjung. Indah sekali, payung beraneka warna, gedung tua yang unik, dengan cuaca yang sangat cerah. Tapi tak ada satupun restoran Turky di sini. Kali ini kami tak memesan makanan, cukup minum saja. Karena ragu soal halal tidaknya makanan disini maka kami sudah menyiapkan bekal makan siang dari Berlin.
Sambil rehat makan saya memperhatikan pemandangan di sekeliling kami. Tepat di ujung lapangan sebuah gedung sangat tua berdiri kokoh. Bangunan ini sudah terbuat dari batu, dan ditutupi oleh tanaman merambat berwarna hijau menambah keunikannya. Bentuknya seperti istana atau gereja kecil. Saya tak bisa memastikan, karena pada umumnya istana dan gereja di eropa mempunyai banyak kemiripan. Ada palang mengelilingi bangunan ini, pengunjung dilarang melewatinya. Entah karena sedang di renovasi atau karena sangat dilindungi, saya juga tak paham. Yang pasti banyak turis yang berfoto dengan latar belakang gedung tersebut.
Ada pula bus wisata yang membawa para turis berkeliling kota Quedlinburg. Tempat mengambil tiketnya persis di samping restoran ini. Muatannya selalu penuh, dan kebanyakan penumpang berisi orang-orang tua. Suasana Ramai ini tetap membuat nyaman, karena walaupun ramai tapi orang-orang disini berbicara dengan suara yang pelan. Mungkin takut di dengar nenek sihir yang bisa muncul tiba-tiba dengan sapu terbangnya ya.. :)
Setelah penat hilang, perutpun kenyang kami melanjutkan berkeliling kota. Kali ini kami mencari Castle (Istana kecil) yang katanya sudah sangat tua. Letaknya tak begitu jauh dari poros kota, hanya saja sedikit rumit menemukannya. Namun kami sedikit kecewa, ternyata pengunjung tak bisa masuk karena sedang ada pekerjaan renovasi. Akhirnya kami hanya bisa melihat dari luar. Bentuknya tak jauh beda dengan castle2 eropa pada umumnya. Bangunan utama sangat besar, menara yang cukup tinggi dan terbuat dari batu2 alam berwarna kehitaman. Puas berkeliling castle, kami pun pulang kembali menuju Berlin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.